"Multiply akhirnya menyerah. 31 Mei 2013 nanti, semua aktivitas Multiply.com yang pernah merajai jejaring sosial ini sepenuhnya tutup. Kalah inovatif dibanding media lain."
Dengan sangat menyesal, kami umumkan bahwa situs Multiply.co.id dan Multiply.com akan tutup per 6 Mei 2013. Kami akan menghentikan semua kegiatan usaha kami per 31 Mei 2013”.
Multiply akhirnya menyerah, setelah setahun kerja kerasnya mengubah total model bisnis dari jejaring sosial ke situs e-commerce, tidak membuahkan hasil. Multiply sadar ambisinya menjadi yang terdepan di industri e-commerce di Asia Tenggara tidak akan tercapai. “Setelah berusaha sangat keras, kami terpaksa mengakui bahwa kami tidak berhasil melakukannya. Saya sangat menghargai tim saya untuk segala jerih payah dan kegigihannya, walaupun hasil akhirnya bukan yang kami inginkan,” jelas Stefan Magdalinski, CEO Multiply.
Hingga Senin, 6 Mei Multiply.co.id menjalankan kegiatan seperti biasa. Lalu secara bertahap Multiply akan mengurangi kegiatannya, sampai benar-benar tutup akhir Mei ini. Sebelum itu para penjual berkesempatan memindahkan produknya ke situs e-commerce lain, sambil menyelesaikan seluruh kegiatan yang berhubungan dengan penjualan, pembayaran dan pengiriman barang. Multiply akan membantu meminimalisasi gangguan operasional para merchant-nya. Sangkakala itu sudah tertiup sejak Agustus 2012. Saat itu Multiply yang masih berkantor di Florida, AS mengumumkan akan menghapus media sosial untuk berkonsentrasi pada e-commerce. “Kami memutuskan untuk menghentikan layanan jaringan sosial, karena penyelenggara jaringan sosial lainnya melakukan lebih baik dari kami,” ujar Magdalinski saat itu. Saat itu pengguna Multiply makin banyak yang berpaling ke jaringan sosial lain, macam Twitter atau Facebook. Multiply pun memindahkan kantor pusatnya dari Boca Raton, Florida ke Jakarta. Di saat yang sama, jangkauan layanannya diciutkan hanya di Indonesia dan Filipina. Targetnya menjadi penyedia layanan e-commerce terbesar di Asia Tenggara.
Berbagai upaya dilakukan Multiply untuk meraih targetnya itu. Multiply tak hanya menyediakan media belanja, tapi juga menjamin perlindungan pembeli serta menyediakan sistem inventori yang terintegrasi. Bahkan ongkos kirim gratis pun ditawarkan, sehingga merchant online di Multiply Indonesia sempat menyentuh angka 50.000 merchant di awal 2012. Namun ternyata Multiply tetap tak mampu bersaing dengan platform lain. Hingga keputusan pahit itu harus diambil.
Saat didirikan pada 2004, Multiply sempat menggeser Friendster sebagai ‘raja’ jejaring sosial. Pengguna Multiply sempat mencapai 18 juta orang, 2,3 juta di antaranya berasal dari Indonesia. Namun sejumlah masalah membuat Multiply perlahan ditinggalkan. Simak kisah Diade Riva. Warga Malang ini mengaku mulai menggunakan Multiply sejak 2005. Namun pada 2010 Riva beralih ke situs lain. Riva tak terima konten Multiply yang dipakainya diambil alih pemilik situs untuk kepentingan komersial. “Konten blog saya tiba-tiba bisa diselipi iklan. Bisa dua sampai tiga iklan sekaligus,” ujarnya.
Pengamat multimedia, Onno W. Purbo tak memungkiri tutupnya Multiply karena ditinggalkan penggunanya. “Multiply itu jarang yang memakai, jarang kedengaran juga. Beda dibandingkan seperti wordpress atau blogspot. Kalau enggak kedengaran seperti itu mah pasti bubar langsung,” ujarnya. Menurut Onno, Multiply dan Friendster yang pernah merajai jejaring sosial pada tahun 2004-an, kini kalah pamor dari Facebook ataupun Twitter. Dua jejaring sosial yang muncul belakangan ini dinilai lebih inovatif.
“Dan yang paling penting adalah topik itu harus menarik dan menjadi pembicaraan orang,” ujarnya. (HANS /AMI)
sumber: majalah detik edisi 76
Comments
Post a Comment